Pengaruh Besar Negara Islam Dalam Sejarah Inggris - Hubungan Bilateral Kerajaan Inggris Dengan Kekaisraan Ottoman
Pengaruh Besar Negara Islam Dalam Sejarah Inggris - Hubungan Bilateral Kerajaan Inggris Dengan Kerajaan Ottoman
Awal Mula Hubungan Baik Antara Ratu Elizabeth 1 dengan Sultan Murad III Kekaisraan Ottoman
Ratu Elizabeth 1 Disuruh Mundur dari Tahta Kerajaan
Jarang yang mengetahui ada pengaruh besar negara Islam dalam sejarah Inggris. Padahal, kerajaan Inggris pernah begitu tergantung kepada negara Islam, yakni Kesultanan Ottoman. Hal ini diutarakan Professor Kajian Renaissance Universitas Queen Mary London, Jerry Brotton dalam bukunya yang berjudul 'The Sultan and The Queen: Untold Story of Elizabeth and Islam' Brotton mengulas bagaimana hubungan kerajaan Inggris dengan Islam yang terjalin sangat erat dan saling menguntungkan.
Hubungan itu dijalin oleh Ratu Elizabeth I yang memerintah Inggris pada abad ke-16. Kala itu, Ratu Elizabeth I yang naik tahta pada 1558 tengah dikucilkan oleh masyarakat Eropa. Penyebabnya, Gereja Protestan Inggris memutuskan untuk tidak kembali kepada iman Katolik. Alhasil, Paus menyeru agar Ratu Elizabeth dilucuti dari tahtanya dan Inggris menjadi sasaran empuk serangan Spanyol. Para pedagang Inggris dilarang masuk ke Eropa. Isolasi ekonomi pun diberlakukan kepada Inggris, yang membawa negeri itu di tubir keruntuhan. Situasi ini memaksa Elizabeth I mencari cara agar isolasi tersebut tidak membahayakan Inggris. Dia lalu memutuskan membuka hubungan bilateral dengan dunia Islam. Salah satunya yakni Kesultanan Ottoman, yang dalam masa modern dikenal dengan Turki. Kala itu, Dinasti Ottoman adalah negara adidaya. Kekuasan dan pengaruhnya membentang luas di daratan Eropa, Afrika hingga jazirah Arab. Begitu pula dengan kekuatan bersenjatanya yang pilih tanding. Musuh terkuat Spanyol hanyalah Dinasti Ottoman yang kala itu diperintah Sultan Murad III dengan daerah kekuasaan terbentang dari Afrika Utara, Eropa Timur, hingga Samudra Hindia. Dinasti ini telah bertempur dengan Spanyol bertahun-tahun hingga mampu menguasai Hongaria.
Elizabeth sangat berharap hubungan dengan Sultan dapat memberikan banyak bantuan saat Inggris menghadapi agresi militer Spanyol. Selain itu, para pedagang Inggris dapat masuk ke pasar timur sehingga aktivitas ekonomi dapat terus berjalan. Masalahnya, kerajaan Islam jauh lebih kuat ketimbang Inggris. Elizabeth ingin membuat perjanjian kerja sama perdagangan baru, tetapi dia tidak punya cukup uang untuk dijadikan modal. Dia lalu menawarkan pembentukan perusahaan dengan sistem saham gabungan. Sistem tersebut dirancang oleh adiknya, Mary Tudor. Perusahaan tersebut dimiliki bersama antara Kerajaan Inggris dengan Kekaisaran Ottoman. Modal kerja sama tersebut digunakan untuk membiayai pelayaran komersial, dengan keuntungan dan kerugian yang timbul akan ditanggung bersama. Pihak Inggris kemudian mendirikan perusahaan dengan nama Muscovy Company. Perusahaan tersebut menjadi inspirasi bagi pendirian perusahaan Turki oleh Dinasti Ottoman. Dengan kerjasama tersebut, dua perusahaan itu kemudian dilebur menjadi East India Company. Melalui perusahaan itu, pasar India berhasil dikuasai. Pada 1580, Elizabeth menandatangani perjanjian komersial dengan Dinasti Ottoman yang berlangsung hingga 300 tahun. Perjanjian itu memberikan akses gratis bagi pedagang Inggris untuk berdagang di tanah Ottoman.
Perjanjian yang sama juga dibuat Elizabeth dengan Maroko, dengan janji rahasia memberikan bantuan militer untuk melawan Spanyol. Mengawali perjanjian itu, Elizabeth menulis surat yang ditujukan kepada rekan-rekan Muslimnya. Dia menulis sebagai pemohon kerjasama, menyebut Murad sebagai 'Orang yang sangat berpengaruh dari Kerajaan Turki, satu-satunya penguasa atas segala kekuasaan, dan raja yang berdaulat dari Kekaisaran Timur." Dia pun memainkan permusuhan dengan Katolik, dengan menyebut diri sebagai " Yang paling tak terkalahkan dan perkasa atas iman Kristen terhadap semua bentuk penyembahan berhala." Islam dan Protestan sama-sama tidak terikat simbol. Dia kemudian menyebut antara Protestan dan Islam bagaikan dua mata uang yang tak terpisahkan. Strategi itu berhasil. Ribuan pedagang Inggris kemudian melintas masuk ke daerah Islam seperti ke Aleppo di Suriah dan Mosul di Iraq. Mereka jauh lebih aman ketimbang saat menempuh perjalanan ke Eropa Katolik yang penuh dengan ancaman. Otoritas Ottoman melihat kemampuan mereka merangkul semua orang dari pelbagai kepercayaan sebagai kekuatan, bukan kelemahan dan mengamati konflik Protestan-Katolik merupakan awal perpecahan Eropa. Beberapa orang Inggris bahkan memeluk Islam. Sebagian besar dari mereka memutuskan menjadi mualaf atas kesadaran masing-masing.
Bangsawan Inggris sangat menyukai sutra dan rempah-rempah dari timur, tetapi Turki dan Maroko jelas tidak menyukai wol Inggris. Dua negara Islam ini lebih membutuhkan senjata. Tetapi Elizabeth kesulitan mendatangkan logam lantaran diisolasi oleh Eropa. Alhasil, seluruh gereja bekas Katolik diminta melebur lonceng mereka untuk dijadikan senjata untuk dikirim ke Turki dan Maroko. Lantaran aktivitas peleburan logam yang massif tersebut, asap menutupi langit Inggris. Disebutkan, gigi Elizabeth pun berubah warna menjadi hitam karena terkena karbon dari asap. Gula, sutra, karpet, dan rempah-rempah segera mengubah kebiasaan makan Inggris, mempengaruhi cara mereka membangun rumah, dan cara mereka berpakaian. Kata seperti permen dan turquoise menjadi hal biasa. Bahkan Shakespeare sampai menulis 'Othello' tidak beberapa lama setelah kunjungan pertama Duta Besar Maroko ke Inggris. Meski perusahaan gabungan terbilang sukses, Inggris tidak mampu bergantung pada perdagangan jarak jauh. Segera setelah Elizabeth meninggal pada 1603, Raja James I menandatangani perjanjian damai dengan Spanyol dan mengakhiri keterasingan Inggris. Skema yang diterapkan Elizabeth diadopsi untuk membangun investasi modal kerja sama baru. Segera setelah itu, perusahaan Virginia Company berdiri dan beroperasi pertama kami di daerah koloni Amerika Utara.
Posting Komentar untuk "Pengaruh Besar Negara Islam Dalam Sejarah Inggris - Hubungan Bilateral Kerajaan Inggris Dengan Kekaisraan Ottoman"